Minggu, 09 Januari 2011

Ada Apa di Balik Pemblokiran BlackBerry?


VIVAnews - Rencana berbagai negara di Timur Tengah dan Asia memblokir layanan BlackBerry kian hari kian meluas. 
Uni Emirat Arab (UEA) pertama kali mengumumkan penutupan layanan ini mulai Oktober mendatang, kemudian menyusul Arab Saudi yang mengumumkan untuk memblokir layanan BlackBerry Messenger Jumat ini. 
Kemudian isu ini terus bergulir ke negara-negara lainnya seperti India, Indonesia, Bahrain, Libanon dan Aljazair. Namun tak begitu banyak yang mengetahui cerita yang melatari awal rencana pemblokiran ini. 
Seperti dilansir oleh situs berita AlJazeera, sebelum isu ini muncul, Uni Emirat Arab memang telah berusaha untuk menyadap layanan BlackBerry di negara itu. Seperti halnya negara-negara lain di dunia, UEA juga ingin bisa memonitor semua trafik komunikasi yang ada di wilayah mereka, termasuk yang menyebar melalui jaringan BlackBerry.
Menurut keterangan Thomas Shambler, seorang Editor Majalah Stuff di Dubai, pemerintah UEA pertama kali berusaha menjerat para pengguna BlackBerry dengan mengirimkan pesan SMS yang berbahaya di jaringan BlackBerry.
"Tahun lalu, Etislat (operator penyedia ponsel di UEA) mengirim pesan ke banyak pelanggan," kata Shambler. Teks pesan yang menjanjikan peningkatan layanan, namun ternyata mengarahkan pelanggan untuk mengunduh software mata-mata alias spyware.
Namun, software itu ketahuan. Sehari setelah kejadian itu, RIM langsung mengeluarkan program tambalan yang bisa menghapus software mata-mata tadi. Upaya pemerintah UEA untuk memonitor para pengguna BlackBerry di UEA, langsung kandas.
Akhirnya, pemerintah UEA meminta RIM untuk menyediakan server lokal dan memberikan kendali yang lebih luas agar mereka bisa mengakses informasi-informasi, yang dienkripsi di jaringannya. Langkah itu kemudian diikuti oleh banyak negara lain.
Selama ini, trafik layanan ponsel BlackBerry di seluruh dunia memang langsung ditarik ke server RIM di Kanada atau Inggris. Pemerintah-pemerintah di negara yang mengijinkan layanan BlackBerry, tak bisa menyadap jaringan ini karena mereka tak memiliki server pengontrol di masing-masing negara. 
Namun, menurut RIM, informasi yang ditransmisikan melalui layanan BlackBerry memang dienkripsi sedemikian rupa sehingga RIM sendiri tak mampu mendekrip (memecahkan kode enkripsi) dan membacanya.
Tak heran bila kemudian layanan BlackBerry menjadi pilihan komunikasi bagi banyak lembaga pemerintahan di seluruh dunia, termasuk Federal Bureau of Investigation (FBI) di AS.
Selain itu, pemerintah AS juga merupakan salah satu pihak pengguna BlackBerry terbesar. Pada 2005 saja, pemerintah AS menggunakan 100 ribu perangkat BlackBerry untuk staf-stafnya. Tak hanya itu, BlackBerry juga menjadi andalan bagi para wartawan dan para aktivis hak asasi manusia di berbagai negara.
Tapi, benarkah konsumen benar-benar dapat mengandalkan keamanan data pribadi mereka di layanan BlackBerry. Ternyata, tidak juga. Menurut laporan AlJazeera, RIM membolehkan beberapa negara untuk bisa melihat trafik informasi yang mengalir di layanan itu. Beda kasus dengan negara-negara Arab yang siap memboikot RIM.
"Sepertinya negara-negara kecil seperti UEA tak akan diberikan kemampuan untuk melakukan hal yang sama," kata Ian Brown, Senior Fellow di Oxford Internet Institute. 
Oleh karenanya, pemerintah UEA juga menuduh RIM tidak adil, karena menganggap RIM tidak memberikan hak penyadapan kepada negaranya, sebagaimana RIM memberikannya kepada pemerintah AS.
Di lain pihak, kepada Reuters, Mark Rasch, bekas Kepala Unit Kejahatan Komputer di Departemen Kehakiman AS, mengatakan bahwa pemerintah AS memang mampu menyadap informasi yang berseliweran di BlackBerry karena pemerintah AS memang memiliki teknologi yang memungkinkan hal itu.
"Kemampuan untuk menyadap berbagai alat komunikasi adalah bagian dari kegiatan pengawasan dan intelijen serta penegakkan hukum di seluruh dunia," katanya.
Oleh karenanya, pelanggan BlackBerry tak bisa lagi menganggap bahwa layanan ini 100 persen aman. Tapi, apakah mayoritas pelanggan BlackBerry begitu peduli tentang masalah penyadapan? Boleh jadi mereka tak beda dengan para pelanggan BlackBerry di UEA. 
"Para pelanggan BlackBerry di sana tak begitu ambil pusing dengan masalah penyadapan," kata Thomas Shambler. 
Mereka lebih khawatir kalau layanan BlackBerry mereka diblokir, bagaimana nantinya mereka bisa mengirim email, mengirim pesan instan ke orang-orang yang mereka kenal, atau bagaimana mereka bisa terus terhubung dengan rekan-rekan mereka. (sj)

• VIVAnews

Memahami Keterkaitan Kekuasaan dan Politik

Kekuasaan dan politik adalah sebuah "sahabat". Politik adalah suatu cabang ilmu sosial yang sering dianggap berkaitan erat dengan bagaimana manusia meraih kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut. Ketika memegang kekuasaan ataupun mengharapkan kekuasaan yang menjanjikan kemakmuran diri sendiri, ada kencenderunganmanusia akan melakukan korupsi, suap, bahkan melakukan kelicikan hanya demi tercapainya kekuasaan yang menjanjikan kemakmuran tersebut.
Itulah hal yang menyebabkan bahwa banyak masyarakat awam yang menganggap politik praktis sebagai sesuatu yang buruk, terkadang muncul celaan serta hujatan terhadap para birokrat dan para pelaku politik praktis yang mempraktikkan tindakan di luar harapan masyarakat umum. Lalu berikutnya, muncul di benak kita tentang apakah yang dimaksud dengan kekuasaan dan hubungan antara kekuasaan dan politik? Sehingga dapat menjadi sesuatu yang terkadang dilematis dalam ranah perpolitikan praktis di tanah air.
Sebagai sesuatu sifat yang dianggap sangat krusial dalam ilmu politik, kekuasaan adalah konsep yang paling sering kita temui dalam buku-buku ilmu politik dewasa ini, sehingga dapat kita temukan beragam definisi mengenai kekuasaan dari para ahli. Suatu pengertian yang paling sederhana tentang kekuasaan ini adalah kemampuan subjek untuk dapat mempengaruhi perilaku objek, sehingga apa yang dilakukan objek akan sesuai dengan kehendak subjek. Subjek dan objek tersebut dapat merupakan seorang, sekelompok orang atau kolektivitas.
Sosiolog Max Weber dalam buku Wirtschaft und Gessellshaft (1922) yang dikutip lewat Dasar-dasar Ilmu Politik-nya Miriam Budiardjo berpendapat bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar kemampuan tersebut.
Menanggapi pernyataan Max Weber tersebut maka terbayang tentang suatu penguasaan yang cenderung atas kemauan sendiri sehingga seringkali dirasakan ketidakadilan. Namun, suka ataupun tidak itu adalah suatu pendapat yang banyak para sarjana bertolak pada hal itu.
Benar ataupun tidaknya serta sedikit banyaknya telah dirasakan oleh bangsa kita ketika era pemimpin-pemimpin masa lalu, atau bahkan masa kini yang kita sadari ataupun tidak kita sadari, contoh yang paling konkret adalah pada era kepemimpinan Soeharto yang cenderung otoriter dan atas keinginan sendiri sehingga muncul istilah asal bapak senang dalam pemerintahan.
Barbara Goodwin (2003) mengemukakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan tidak akan dipilih, seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan perkataan lain memaksa seseorang berbuat sesuatu di luar kehendaknya.
Suatu kepemimpinan dalam politik tentu saja berawal dari tujuan yang mulia, yaitu menciptakan suatu pemerintahan yang mensejahterakan rakyat dan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bukannya menciptakan penderitaan yang lebih banyak bagi masyarakat. Berhasil ataupun tidaknya tujuan tersebut tergantung kepada siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana pemimpin tersebut dapat menjalankan kekuasaan dengan sebaik-baiknya.
Esensinya bahwa setiap penguasa haruslah orang-orang yang amanah, yang dengan kemampuannya memimpin dapat memberikan suatu pengaruh yang positif bagi kemajuan bangsa dan negara. Terlepas dari apakah pengaruh atas kekuasaannya bersifat memaksa ataupun tidak, namun yang terpenting adalah setiap pemegang kekuasaan harus menyadari bahwa mereka wajib untuk mendahulukan kepentinganrakyat di atas kepentingan golongan dan pribadinya.
Setiap penguasa harus menyadari bahwa apa yang dia miliki semata-mata hanyalah tanggung jawab yang besar dan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar dapat dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.